Lifestyle


Selasa, 01 Juni 2021 09:12 WIB

Saya Tidak Dapat Menemukan Pasangan. Bagaimana Saya Bisa Belajar Mencintai Kesendirian Ini?

Mariella Frostrup.

“Kita tidak harus hidup seperti angsa, menikah seumur hidup dengan satu pasangan,” kata Mariella Frostrup. Dengan memiliki hati yang baik, seseorang yang baik mungkin akan datang.

Sebuah dilema: Saya adalah seorang wanita lajang berusia 48 tahun dengan kehidupan yang berkecukupan dan mandiri. Saya dekat dengan keluarga saya dan saya memiliki seorang putri berusia 15 tahun. Saya memiliki kelompok teman yang baik dan melakukan beberapa hobi. Saya pernah berjuang dengan kesehatan mental di masa lalu, tetapi sekarang saya lebih baik dari sebelumnya.

Saya juga ingin berada dalam suatu hubungan percintaan, tetapi saya tidak pernah sukses dalam hubungan percintaan. Saya pernah menjalin hubungan, tetapi saya menghabiskan sebagian besar waktu saya seorang diri. Saya telah berkencan daring selama bertahun-tahun, tetapi tampaknya kencan itu malah menunjukkan hal terburuk dari pria. Ini terkesan klise, tetapi sepertinya semua orang sudah menikah sehingga tidak ada pesta atau acara untuk dapat bersosialisasi secara alami untuk menemukan pasangan (termasuk sebelum Covid-19).

Saya telah mencapai titik di mana semuanya terasa tanpa harapan dan saya ingin mencari cara untuk merasa lebih bahagia saat melajang, untuk memadamkan keinginan dalam menemukan jodoh. Putri saya adalah hal terindah yang pernah saya punya, tetapi setelah ia tumbuh dewasa, saya memikirkan sebuah hubungan dan keinginkan yang lebih dari sekadar menjadi ibu. Saya ingin mengurangi perasaan itu, menghabiskan lebih sedikit waktu untuk memikirkannya, menjadi lebih bahagia dengan takdir saya dan menerima bahwa saya dapat menjalani hari-hari saya seorang diri.

Mungkinkah saya dapat mencapai sesuatu hal seperti ini? Mengurangi keinginan saya untuk menemukan pasangan dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik  ke depannya?

Mariella menjawab:  Pasti. Nyatanya, surat Anda mengingatkan saya pada kenangan masa muda yang juga mulus. Terkadang, saya mendapati diri saya ketika berusia 20-an dan 30-an dan mengingatnya sebagai tahun-tahun "lajang" saya, namun ada banyak romansa yang tertinggal di tahun-tahun yang penuh petualangan itu. Saya seorang lajang di tahun-tahun yang penuh dengan peluang untuk menciptakan hubungan, beberapa hubungan berumur pendek, beberapa hubungan berumur lebih panjang daripada harapan saya. Sekarang hal tersebut tampaknya merupakan tanggapan yang sudah terprogram terhadap mitos bahwa kita merupakan bintang yang berpasangan dan seirama seperti lantunan biola yang dengan stigma bahwa kita pasangan yang sempurna seumur hidup. Dalam narasi romantis yang tidak bisa dibangun kembali, beberapa kesalahan di masa muda dapat ditolerir, tetapi setelah itu gagasan tentang menempuh jalan yang panjang dan lurus melalui komitmen jangka panjang, mengasuh anak, pensiun dan mungkin berkebun bersama sampai maut memisahkan kita adalah keinginan yang tetap ada. Namun apakah itu benar-benar mencerminkan pengalaman hubungan sebagian besar yang berusia di bawah 60 tahun pada saat ini?

Banyak dari kita mungkin memiliki setidaknya satu pernikahan atau hidup bersama jangka waktu yang lama. Lebih banyak lagi orang akan memulai "masa depan yang berkomitmen" pada usia paruh baya, dan beberapa akan memilih jalan yang bebas dari masalah monogami. Hal yang perlu ditekankan yakni tidak ada acuan, aturan tentang hal seperti apa yang disebut normal dalam dalam kehidupan abad 21.

Saya mulai berpikir secara berbeda tentang "tahun-tahun yang terbuang percuma". Tak hanya tentang kegagalan hubungan, tahun-tahun itu penuh dengan romantisme, ketika saya berkencan dengan orang-orang yang telah dianggap menjadi bagian dari keluarga besar saya. Alih-alih berpikir tentang nasib buruk, saya lebih memilih berfikir bahwa tahun-tahun itu adalah periode percobaan dan pembelajaran. Saya memberi tahu Anda karena saya melihat Anda melakukan hal yang sama, pada tahap kehidupan yang berbeda, menganggap tahun-tahun seperti ini merupakan periode di mana Anda mengandalkan diri sendiri, seolah-olah Anda berada dalam pola pertahanan, yang mana "pelarian" berarti menemukan jodoh. Namun lihatlah kehidupan yang Anda miliki. Kekayaan yang Anda punya: teman baik, keluarga dekat, hobi, karier, dan seorang putri remaja. Jadi bagaimana jika Anda menghapus aplikasi kencan, berhenti menganggap pasangan baru sebagai ambisi di daftar keinginan besar yang harus Anda capai dan mulailah bersenang-senang dalam kehidupan yang Anda miliki sekarang?

 

Tidak ada keraguan, mungkin saja nanti akan beradu pandang pada calon pasangan Anda berikutnya di halte bus, di bar, di pesta makan malam, atau saat berjalan-jalan di akhir pekan. Dia akan datang ketika saatnya tiba, tetapi bagaiamana cara Anda menghabiskan waktu menunggu di saat-saat tersebut, apakah itu berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun jauh lebih penting. Menemukan kepuasan dalam bekerja dan pencapaian di perusahaan, juga pencapaian dalam hidup kita sendiri adalah investasi terbesar yang dapat membawa kita kehubungan romatis selanjutnya. Mengurangi harapan pada kencan online membuat segalanya lebih mudah untuk menempa sesuatu yang berharga, ada dalam diri dan memperkaya kita ketika saatnya tiba.

Kita dibesarkan dengan prespektif sebagai calon monogami; berpasangan adalah apa yang sudah dituliskan untuk dilakukan oleh spesies kita, manusia.  Hal tersebut sama halnya dengan kehidupan seekor angsa, dan tidak semua dari kita harus hidup dan digariskan memiliki hidup seperti menikah seumur hidup. Mungkin sulit untuk mengambil langkah awal dari kejamnya penilaian orang lain dan melihat kehidupan kita dengan sudut pandang tertentu. Anda berada di tempat itu sekarang, terkubur di bawah beban ekspektasi Anda.

Di umur 39 tahun, setelah gagal menemukan ayah yang sesuai harapan untuk anak-anak saya, saya memutuskan untuk memanfaatkan apa yang saya miliki, yaitu kemandirian dan kemampuan secara finansial. Selama 12 bulan saya lupa tentang bagaimana mencari teman kencan dan saya malah mencari stimulasi di tempat lain, saya mengambil cuti panjang dan pergi ke Brasil, mengambil kelas akting di The Vagina Monologues, dan melakukan perjalanan di Nepal. Di kaki bukit itulah saya bertemu dengan pria yang sekarang memiliki dua anak dengan saya. Saya bersyukur, sampai hari ini atas keputusan saya untuk berhenti mencari lebih banyak dan menikmati apa yang saya miliki. Kegagalan-kegagalan itu memberi semua yang diam-diam saya harapkan. Terima kasih telah mengingatkan saya! Saya harap Anda menemukan kebahagian yang sama.

Gusti Neka

 

 


Subscribe Kategori Ini
Most Populer
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur