Lifestyle


Selasa, 20 April 2021 11:27 WIB

Danau Purba Tebat Rasau Bagian dari Geopark Belitong

Bukan pantai atau danau biru, kali ini kita beralih pada keindahan alam lain yang berbeda dari Belitung. Namanya Tebat Rasau, salah satu geosite baru belitung dengan objek wisata berbasis alam yang memilliki keistimewaan dari kelengkapan sisi biologis yang dapat menghasilkan sejumlah produk-produk bermanfaat bagi masyarakat.

Paparan cahaya terik matahari menembus jendela mobil yang mengiringi perjalanan kami menuju ke lokasi dalam waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari Kecamatan Sijuk yang menjadi lokasi tempat kami menginap pada saat itu. 

Lokasi yang terletak di Kecamatan simpang Renggiang, Belitung ini sangat mudah untuk dicari. Hanya dengan mengikuti aplikasi map pengunjung dapat menemukan gardu bertuliskan tebat rasau dengan ukuran font yang besar.

Tiba di lokasi, kami mendapat sambutan hangat dari para pengurus geopark. Pengunjung yang datang dapat menikmati makanan khas Belitung dengan menginformasikan terlebih kepada dulu para pengurus, karena mereka hanya menyediakan makanan jika kita memesan dulu di hari sebelumnya.

Ubi rebus dengan kelapa parut olahan dengan gula merah bersama aneka ragam teh yang bahan-bahannya asli dari Tebat Rasau disuguhkan ke hadapan kami layaknya menyambut keluarga dari jauh. Sembari menikmati santapan ringan ini, kami berbincang hangat tentang sejarah Tebat Rasau.

Tebat Rasau mulai dikelola oleh komunitas lanun, sebuah kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang telah terbentuk sejak 17 Januari 2018. Mereka ingin membangkitkan kembali destinasi wisata di Pulau Belitung dan juga berupaya mengangkat Tebat Rasau yang merupakan salah satu geosite dengan kekayaan biologi di dalamnya. 

Berawal dari sekumpulan nelayan dengan mata pencarian membuat siro, yang memiliki tekad untuk melindungi wilayah ini dari serangan pertambangan. Karena diketahui masyarakat disini mayoritas berprofesi dalam pertimahan.

Maka, dibentuklah komunitas untuk mengangkat pariwisata. Menghadirkan wisata dalam bentuk berbeda, membangun kelestarian dari sisi budaya, memanfaatkan semua bahan dari hutan-hutan. Hingga kini, telah banyak produk yang dihasilkan mulai dari obat dan permainan tradisional serta hal-hal lainnya.

Setelah lama berbincang, kini saatnya menjajal Hutan Rasau yang berada di atas aliran Danau Lenggang atau Danau Purba. Untuk menyusurinya, kami hanya perlu berjalan kaki di atas jembatan kayu sepanjang 180 meter yang dibuat oleh komunitas lanun selama kurang lebih tiga puluh menit, tergantung kecepatan berjalan.

Namun, jika ingin merasakan lebih dekat keindahan dari atas danau, di sana juga disediakan beberapa sampan kayu yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap ikan. 

Suasana di sini benar-benar masih terasa alami. Di sekitaran sungai ditumbuhi pohon-pohon rasau, membuat udara yang berhembus pun masih segar dan sejuk. Keindahan alam yang masih terasa alami dan murni ini memberikan sensasi berbeda tersendiri dari biasanya.

Kondisi air masih sangat jernih, tidak terlihat sedikitpun ada sampah yang mengapung. Di sana juga terdapat beberapa warga yang sedang mencari ikan di atas sampan kayu, ada juga anak-anak kecil yang bermain di sekitaran jembatan. 

Sembari berjalan di atas jembatan, Nasidi yang merupakan kepala komunitas lanun ini menjelaskan banyak spesies unik yang hidup di Sungai Purba. Kurang lebih terdapat 70 jenis ikan dalam Danau Purba ini. Spesies unik yang menarik salah satunya adalah ikan buntal air tawar tidak beracun.

Menjadi salah satu destinasi yang ramai dikunjungi, Tebat Rasau kini menyediakan penginapan untuk pengunjung yang ingin menginap. Dengan fasilitas listrik dan air, destinasi ini memanjakan wisatawan lokal maupun internasional yang sudah pernah berkunjung ke sini.

Penulis: Aci

#Bangka Belitung
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Most Populer
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur