MUI Kabupaten Bangka Selatan memberikan seminar tentang bahaya bullying di sekolah/foto: babelinsight.id
Bullying yang terjadi di sekolah-sekolah di Kabupaten Bangka Selatan mengakibatkan banyak siswa yang mengalami trauma.
___
Penulis: Tris JQ
Editor: Putra Mahen
BANGKA SELATAN - Maraknya kasus bullying, atau merundung pada lingkungan sekolah di Kabupaten Bangka Selatan, menjadi perhatian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangka Selatan (Basel).
MUI ingin mengambil peran untuk dapat berkontribusi terhadap pemahaman atas akibat perbuatan bullying sesama siswa di sekolah.
Ketua MUI Kabupaten Bangka Selatan, Zahirin mengatakan bullying yang dilakukan sesama siswa itu, dilakukan baik secara fisik maupun verbal. Ancaman baik fisik atau verbal harus menjadi perilaku yang dihilangkan di dunia pendidikan.
“Secara fisik itu bisa menyakitkan dan verbal dengan kata-kata, bahkan ada sexual bullying yang terjadi di Bangka Selatan, salah satunya oleh guru silatnya. Maka kita perlu beri pemahaman-pemahaman terhadap anak didik supaya tidak terjadi bullying,” katanya, Jumat (11/11/22).
Menurut Zahirin, bullying yang terjadi di sekolah-sekolah Kabupaten Bangka Selatan mengakibatkan banyak siswa yang mengalami trauma akibat dari perilaku tersebut, yang membuat mereka akhirnya tidak nyaman dengan lingkungan sekolahnya.
Karena bullying ini tanpa kita sadari di sekolah-sekolah terjadi. Menurut penelitian hampir 45 persen terjadi bullying di usia 15 tahun ke atas. Maka kepedulian MUI memberi tahu kepada anak-anak disekolah, dan kepala sekolah agar jangan pernah menjadi bullying dan jangan pernah di-bullying,”
- Zahirin -
Misalnya, Zahirin memberi contoh kepada anak-anak yang kuat membentuk kelompok menganiaya anak-anak lain, atau kawan-kawan lain yang terjadi di sekolah. Atau dengan hinaan, perkataan dan ada juga financial bullying dengan cara memalak, bajak uang sehingga terjadi ketakutan untuk masuk sekolah.
Ilustrasi bullying (foto: net)
“Jadi maksud kita kepedulian MUI Bangka Selatan dan antisipasi MUI dengan memberikan pemahaman, agar anak-anak di sekolah jangan atau tidak pernah menjadi bullying dan jangan pernah di-bullying. Seperti kemarin kita seminar anti bullying di SMP Negeri 5 Airgegas, memberikan pemahaman tersebut, dan pemahaman ke sekolah ini sudah kedua kalinya, sebelumnya di Tukak Sadai,” jelasnya.
Ia menambahkan, kasus bullying sekolah di Bangka Selatan memerlukan upaya preventif penanggulangan bullying sekolah, oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi orang tua, anak, pihak sekolah, maupun stakeholder yang lain khususnya di bidang pendidikan untuk segera mencari solusi yang terbaik untuk mengatasi bullying tersebut.
“Saya mengimbau seluruh guru dan orang tua murid ikut mengawasi langsung kegiatan anak sehari-hari, khususnya para guru untuk mejaga anak didiknya, dan bila terjadi bullying agar segera diselesaikan supaya jangan sampai terjadi hal–hal yang tidak kita inginkan bersama. Kegiatan keagamaan perlu lebih ditingkatkan guna menghindari kejadian bullying, jangan sampai terulang, ini semua tanggung jawab bersama, mereka masih anak-anak,” pungkasnya.