Anak-anak sekolah yang terlihat ceria di masa aktifnya harus terus dijaga dan menjadi tanggungjawab bersama/foto: babelinsight.id
Diharapkan kepada orang tua untuk memantau secara teliti dan detail apa saja hal-hal yang bisa berpengaruh dari aktifnya anak bermain gadget dan teknologi, karena itu sangat rentan mempengaruhi psikologis anak.
-----------------------------------------
TOBOALI - Kejadian pelecehan seksual yang terjadi di Kabupaten Bangka Selatan beberapa waktu lalu cukup menyita banyak perhatian dan rasa khawatir, apakah sudah sedemikian besarnya pengaruh dunia luar, ketimbang peranan orang tua dan pendidikan.
Kepala sekolah SMP Negeri 1 Toboali Bangka Selatan, Makmun SPd yang ditemui babelinsight.id, mengecam kejadian pelecehan seksual terhadap siswi salah satu SMP di Kabupaten Bangka Selatan beberapa waktu lalu. Dan kejadian itu ia wanti-wanti jangan sampai terjadi dengan sekolah maupun anak didik mereka.
"Saya sebagai kepala sekolah di SMP ini (SMP Negeri 1) sangat menyesalkan akibat ulah anak didik yang terjadi di SMP lain beberapa waktu lalu. Meskipun itu antar siswa dan bukan terjadi di sekolah kita, setidaknya kita melakukan antisipasi. Dan jangan sampailah terjadi dengan sekolah kita," ujar Makmun. SPd, ditemui di ruang kerjanya, Senin (1/8/22).
Menurut Makmun, semua pihak, bukan hanya tenaga pendidik maupun orang tua, namun lingkungan juga harus berupaya meminimalisir sikap dan tindak pelecehan dan perundungan terhadap siswa. Pihak sekolah selalu memberikan edukasi dan pembinaan diberlakukan kepada pelajar setiap bulannya.
"Bentuk pembinaan sendiri dari pihak sekolah melalui guru BK dan wali kelas dengan cara memberikan pengarahan kepada para siswa/i jangan sampai terjadi dengan sekolah ini," ungkap Makmun.
Kepala sekolah SMP Negeri 1 Toboali Bangka Selatan, Makmun SPd/foto: babelinsight.id
Selain itu dirinya menegaskan kepada orang tua untuk memantau secara teliti dan detail lantaran pengaruh gadget dan teknologi, karena saat ini hal tersebut rentan mempengaruhi psikologis anak.
"Sikap pelecehan seksual jelas itu dipengaruhi oleh teknologi, media sosial dan untuk orang tua siswa untuk melihat dan memantau secara rutin terhadap anaknya, jangan membebaskan manuver mereka di dunia maya," tukas Makmun.
Dirinya mengimbau kepada seluruh pelaku didik dan orang tua murid untuk selalu mengawasi perilaku anak terhadap perkembangan teknologi informasi yang mudah diakses melalui gadget
"Sekali lagi saya ingatkan kepada orang tua untuk anak, terutama di luar jam sekolah agar selalu mengawasi anak atas pergaulannya dan keluar malam. Kalau di sekolah itu kewajiban guru selama jam pelajaran dan di lingkungan sekolah," terangnya.
Dan dia tambahkan, pihak sekolah juga ada grup sekolah agar segala kegiatan anak terpantau di jam sekolah dan di luar jam sekolah, setidaknya sinergi guru dan orang tua bisa terjalin.
"Untuk ektrakulikuler siswa remaja juga ada pusat informasi bagian remaja kita lakukan edukasi tentang kenakalan remaja dengan metode penelitian ini menggunakan study kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif, data dikumpulkan dengan teknik observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi, sehingga remaja terarah dalam pergaulan sehari-hari," pungkasnya.
Pemerintah telah berupaya
Terjadinya kasus pelecehan terhadap anak ini terjadi memang bukan tanpa sebab, seorang siswa SMP yang baru memasuki usia pubertas harus mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup tentang seksual dan lainnya. Jika tidak, pemahaman yang salah akan berujung pada prilaku yang salah dan menyimpang.
"Kami menyayangkan kasus ini terjadi, pemeritahan telah melakukan berbagai macam upaya untuk mewujudkan sekolah ramah anak, bahkan kita sudah menuju provinsi layak anak," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kependudukan Pencatatan Sipil dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3ACSKB) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Asyraf Suryadhin, Senin (1/8/22).
Kepala Dinas (DP3ACSKB) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Asyraf Suryadhin/foto: babelinsight id
Diakuinya, dengan menjadi kabupaten/kota menang tidak menjamin tidak adanya kasus yang terjadi, tetapi paling tidak pemerintah dan stakeholder terkait telah berupaya untuk memberikan perlindungan dan rasa aman kepada anak.
Ia melihat, kasus yang dialami oleh anak-anak ini baik pelaku maupun korban, menjadi evaluasi agar semua pihak kembali melalukan kontrol dan perbaikan.
"Ini tidak boleh dibiarkan, jangan sampai nanti terulang di tempat lain. Anak harus mendapat pendampingan, dan pemantauan bukan saja dari sekolah tetapi juga oleh keluarga," ujarnya.
Ia berharap, orangtua tidak melepas begitu saja pendampingan dan pendidikan kepada anak, apalagi di tengah era digital dan bebasnya anak mengakses berbagai konten melalui internet. Hal ini, jika tidak diawasi, dikhawatirkan akan mempengaruhi perilaku anak.
"Pemicunya bermacam-macam, kita akui perkembangan media memang diperlukan ada sisi positifnya, tetapi kalau digunakan untuk hal yang tak sesuai ini bisa mempengaruhi anak," ulas Asyraf.
Terkait kasus yang terjadi di Basel ini, DPA3CSKB akan melakukan pemantauan kepada instansi terkait dalam melakukan pendampingan maupun penyelesaian kasus tersebut.
Pihaknya, tentu saja akan memberikan pendampingan kepada anak yang menjadi korban, dan upaya lainnya yang terus dikoordinasikan.
"Semoga kasus ini tak terulang lagi, mari sama-sama kita saling menjaga, melindungi dan mendidik anak-anak," tutupnya.
Menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk murid adalah salah satu cara memayungi mereka dari hal negatif/foto: babelinsight.id
Manfaatkan LPSK
Belum lama ini, Gubernur Babel periode 2017-2022, Erzaldi Rosman menghadiri sarasehan mengenai perlindungan saksi dan korban, di Pangkalpinang. Dia mengatakan, masih kurangnya pengetahuan korban maupun saksi mengenai kehadiran Lembaga perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), membuat korban maupun saksi enggan melapor jika menemukan atau bahkan jadi korban. Namun, dengan adanya komunitas di LPSK, bisa dimanfaatkan agar para saksi dan korban terlindungi.
"Jadi, mereka (saksi dan korban) ada perlindungan. Untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi keengganan mereka melapor, komunitas ini harus bergerak. Jadi, pelurunya adalah pendidikan bagi saksi dan korban," katanya kala itu.